'""'>

Friday, December 6, 2013

Sejarah Makam Sabokingking






Makam Sabokingking, merupakan pemakaman para raja-raja awal kerajaan Islam Palembang yang telah berusia sekitar 500 tahun.  Seperti makam Pangeran Sido Ing Kenayan dan istrinya Ratu Sihuhun, Sido Ing Pasaeran atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), serta Pangeran Ki Bodrowongso yang pernah hidup di antara tahun 1622-1635 Masehi. Makam ini terletak di Sei-Buah, Ilir Timur II, Palembang. Letak makam Pangeran Sido Ing Kenayan dan istrinya Ratu Sinuhun ini tidak jauh dari dari kompleks pemakaman kakek mertuanya Ki Gede Ing Suro, di lorong Haji Umar, di 1 Ilir Palembang. Ratu Sinuhun merupakan cucu Ki Gede Ing Suro.

           Dibawah pemerintahan Sido Ing Kenayan, Ratu Sinuhun mampu melahirkan kitab Undang-undang 'Simbur Cahaya' yang merupakan hukum adat tertulis dan berlaku di seluruh wilayah Sumatra Selatan saat itu. Disekitar makam ini juga terdapat pemakaman umum buat penduduk asli daerah tersebut. Untuk menuju ke tempat ini dapat mi akses melalui dua jalan, Jalan Sabokingking dan Jalan Arafuru. Makam Sabokingking ini merupakan makam tertua para raja atau pangeran di Palembang.  Di makam ini disemayamkan Pangeran Sido Ing Kenayan (1622-1630), Sido Ing Pasaeran atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), Ratu Sinuhun- penulis kitab Simbur Cahaya- serta imam kubur Al Habib Al Arif Billah Umar bin Muhammad Al Idrus bin Shahab, serta Panglima Kiai Kibagus Abdurrachman.

Sabokingking

          Sabokingking adalah sebuah makam kerajaan. Nama sabokingking ini berasal dari bahasa sanskerta. Sama dengan kerajaan Majapahit nama rajanya adalah Hayam Wuruk. Sedangkan Sabokingking di pimpin oleh seorang raja yang bernama Pangeran Sido Ing Kenayan. Pangeran ini berasal dari Jawa. Dan istrinya yang bernama Ratu Sinuhun . Pangeran ini memiliki seorang guru spiritual atau penasihat yang bernama Habib Muh. Nuh. Berdirinya kerajaan ini, berdasarkan ahli arkeologi diperkirakan sekitar tahun 1616-1628. Pangeran Sido Ing Kenayan ini merupakan penyebar atau pengembang agama islam yang ada di Palembang,Sumatera Selatan. Berkat perjuangannya, sekitar 80-85% rakyat di Palembang ini beragama islam. Sedangkan istri pangeran atau Ratu Sinuhun juga merupakan pembuat peraturan-peraturan Simbur Cahaya.
          Artinya adalah salah satu peraturan hukum-hukum adat yang ada di Sumatera Selatan ini. Karena pada zaman dahulu belum ada hukum pidana,hukum perdata, dan hukum-hukum seperti yang ada saat sekarang ini. Yang ada pada Simbur Cahaya adalah hukum adat. Hukum adat ini berisi tentang cara-cara kaum wanita dan laki-laki melakukan pernikahan, melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama, dan tradisi-tradisi lainnya. Apabila ingin lebih jelas lagi, lihat prasasti yang telah disahkan dan diakui oleh pemerintah, ahli-ahli arkeologi, dan Negara yang ada di depan.
          Setelah Pangeran ini wafat, digantikan oleh anaknya yang bernama  Pangeran Sido Ing Rajek yang kuburannya ada di Sako Tigo, Indralaya. Dan setelah masa jabatan keturunan-keturunan ini berakhir, sekitar 150-200 tahun muncullah Sultan Mahmud Badaruddin, jadi SMB itu dibawah dari kerajaan Sabokingking ini. Diatas Makam Sabokingking ini adalah Bukit Besar yang lebih condong ke agama Hindu. Pada kerajaan ini, sebelum Raja Aryo Damar menjadi penganut islam, disana dulu sebagai pusat agama Hindu yaitu yang bernama Shakyakirti dan Dharmapala. Jadi, sampai sekarang Shakyakirti dan Dharmapala namanya di abadikan. Setelah Aryo Damar masuk islam, maka berubahlah nama beliau menjadi Abdilla . Karena orang Palembang menyebutnya Aryodilla, itulah sebabnya ada jalan yang namanya Aryodilla.
          Akhirnya, kerajaan Sriwijaya muncul. Setelah itu, Sriwijaya runtuh masuklah Sabokingking ini dan menyebarkan agama islam. Akhirnya berkuranglah penganut-penganut agama Hindu dan yang terbanyak agama islam, termasuklah rajanya yang bernama Aryo Damar tadi memeluk agama islam. Dan yang dapat dibuktikan oleh ahli arkeologi, sebelum Aryo Damar menjadi islam, terdapat kuburan-kuburan yang menghadap ke arah timur,utara,selatan. Setelah Aryo Damar masuk islam, kuburan-kuburan pun akhirnya menghadap kiblat (barat) bagi orang-orang yang beragama islam. Kompleks Makam Sabokingking juga terdapat di dalam kawasan PT Pusri.
          Tokoh yang dimakamkan di kompleks ini antara lain Pangeran Sido Ing Kenayan (1630-1642 M). Sido Ing Kenayan adalah Raja Palembang yang menggantikan pamannya, Pangeran Sido Ing Puro (1624-1630 M) dan kedudukannya kemudian digantikan oleh sepupunya, Pangeran Sido Ing Pasarean (1642-143 M). Makam ini berdampinngan dengan makam istri Pangeran Sido Ing Kenayan, yaitu Ratu Sinuhun. Di samping itu, terdapat pula makam guru agama raja, Habib Muhammad Imam Alfasah yang berasal dari Arab. Hingga kini, Ratu Sinuhun diyakini sebagai penulis kitab Simbur Cahaya. Kitab ini sering pula disebut Undang-undang Simbur Cahaya, yang isinya norma hukum adat. Ada pula keyakinan, Simbur Cahaya adalah pengesahan hokum adat (lisan) yang pada masa itu berlaku sudah berlaku pada masyarakat pedalaman Sumatera Selatan. Simbur Cahaya, pada dasarnya memang mengatur rakyat di luar Palembang atau dikenal dengan istilah uluan. Aturan adat ini berlaku hingga ratusan tahun sampai UU No. 5 Tahun 1979 berlaku efektif di Sumatera Selatan.
          Sebelumnya, Simbur Cahaya terdiri atas lima bab ini juga telah membentuk pranata hukum dan kelembagaan di Sumatera Selatan. Sebuah batu diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya ditemukan di pemakaman Sabokingking, Palembang. Batu ini mirip bagian puncak bangunan candi atau stupa. Batu berbentuk segi empat, berukuran 74 cm x 74 cm x 26 cm itu dalam posisi empat tingkat. Setiap sudutnya terdapat lubang sedalam 5 cm. Batu ini ditemukan sejumlah pekerja yang tengah merenovasi pemakaman Sabokingking, makam leluhur Kerajaan Palembang (kerajaan sebelum Kesultanan Palembang Darussalam) di Sungai Buah, Ilir Timur II, Palembang. Batu tersebut boleh diangkat, tapi tidak boleh dibawa keluar dari makam dan harus diletakan di dekat makam Panglima Kiai Kibagus Abdurrachman.
Sementara sampai hari ini, belum ada dari pihak pemerintah yang mendatangi Pemakaman
          Sabokingking. Menurut Madinah, Walikota Palembang Eddy Santana Putra saat ini tengah berada di luar kota. Makam Sabokingking merupakan makam tertua para raja atau pangeran di Palembang. Di makam ini disemayamkan Pangeran Sido Ing Kenayan (1622-1630), Sido Ing Pasaeran atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), Ratu Sinuhun-penulis kitab Simbur Cahaya-serta imam kubur Al Habib Al Arif Billah Umar bin Muhammad Al Idrus bin Shahab, serta Panglima Kiai Kibagus Abdurrachman.

Kompleks

          Dilalui Kapal Besar, Tempat Pertemuan Wali Serta Raja, Cukup banyak komplek pemakaman raja Palembang. Salah satu yang tertua dan cukup unik, komplek pemakaman Sabokingking, di kawasan I Ilir, Sungai Buah, Kecamatan Ilir Timur (IT) II. Dari letaknya yang dikelilingi sungai, konon sebelum menjadi areal pemakaman, tempat ini merupakan tempat pertemuan. Para ulama serta raja Palembang. Wajar jika Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Palembang menjadikan areal pemakaman Sabokingking menjadi objek wisata. Dari letaknya saja termasuk unik. Kawasan ini dikeliling perairan sungai. Yakni anak sungai Musi, sungai Buah. Airnya pun hingga kini masih terjaga. Terlihat jernih, berbeda dengan anak-anak sungai Musi lain yang kebanyakan menghitam dan menimbulkan bau tidak sedap akibat sampah buangan masyarakat.
          Keterangan juru kunci makam Sabokingking sebelum dinamakan dengan Sabokingking, nama tempat ini Istono Sobo. Yang berarti tempat pertemuan. Mereka yang sering melakukan pertemuan adalah ulama dan para wali. Nama Istono Sobo berganti menjadi menjadi Sabokingking setelah para raja kerajaan Palembang ikut dalam pertemuan tersebut. Para ulama serta raja itu pergi ke Sabokingking dengan menggunakan kapal-kapal besar. Dilihat dari keadaan sungai Buah yang mengelilingi areal pemakaman saat ini, sulit dipercaya jika kapal-kapal besar dapat melalui sungai tersebut. Pada abad ke 17, saat tempat tersebut digunakan sebagai tempat pertemuan, sungai Buah masih lebar dan dalam. Bisa jadi, karena sejak dulu Palembang mendapat julukan Venesia dari Timur karena ratusan anak sungai Musi yang ada. Sehingga, para ulama berasal dari Yaman, Persia termasuk para raja yang istananya kala itu berada di kawasan PT Pusri dapat merapatkan kapal. Era Ratu Sinuhun, Ciptakan UU Simbur Cahaya. Di dalam serta luar bangunan komplek, terdapat 41 makam. Di dalam, makam utamanya ialah makam Pangeran Ing Kenayan bersama istrinya Ratu Sinuhun serta Habib Muhammad Nuh yang merupakan guru besar dari Yaman dan menjadi penasehat kerajaan.
          Makam lain, berada di tingkat bawah para hulubalang serta panglima Abdurahman. Nama yang satu ini, menurut Ujang selain sosok panglima perang juga merupakan ulama besar yang menyebarkan agama Islam di Palembang. Pangeran Ing Kenayan serta Ratu Sinuhun sendiri berkuasa pada tahun 1622. Dilihat dari silsilah, termpampang di luar makam, antara Pangeran Ing Kenayan serta Ratu Sinuhun berada di satu garis keturunan. Mereka masih keturunan Ki Gede Ing Suro. Ayah Ki Gede Ing Suro sendiri merupakan Sido Ing Lautan. Seorang bangsawan Jawa yang datang bersama pengikutnya ke Palembang pada abad ke 16. Kemudian ia digantikan oleh putranya yang bernama Ki Gede Ing Suro pada tahun 1552 dan mendirikan Kerajaan Palembang. Pada masa pemerintahan Ratu Sinuhun sendiri, diyakini sebagai era diciptakanya UU Simbur Cahaya. Bahkan, Ratu Sinuhun inilah dikatakan sebagai pencipta UU tersebut. Yang mengatur masalah adat istiadat di Sumsel. Berbagai masalah diatur dalam UU ini. Seperti adat bujang gadis dan perkawinan, marga dan aturan kaum, aturan dusun dan berladang, masalah pajak, serta hukuman. Pada masa penjajahan Belanda hingga kini pun, UU Simbur Cahaya masih digunakan. Ratu Sinuhun sendiri kemudian dimakamkan di dekat suaminya, Pangeran Ing Kenayan yang lebih dulu meninggal. Setelah diikuti para pengikutnya.
          Hingga kini banyak masyarakat dari berbagai penjuru berdatangan ke pemakaman ini. Untuk berziarah dan berdoa, meminta kepada Allah SWT melalui para ulama ini. Inilah yang menyebabkan masyarakat setempat terlihat banyak berjualan kembang untuk berziarah. Pengunjung lebih banyak pada Maulid Nabi dan bulan Suro.

No comments:

Post a Comment