'""'>

Saturday, August 31, 2013

Cerpen : Peka

Kehidupanku sebagai seorang siswa pelajar sungguh membuatku pusing dan membosankan. Ingin sekali rasanya aku lulus dari tahap SMP dan meneruskan ke SMA. Jika aku lihat di sepanjang jalan banyak sekali anak SMA yang hidupnya tenang dan tidak memusingkan pelajaran. Mereka jalan-jalan bersama teman-temannya. Sedangkan aku, aku jika ingin pergi menggunakan motor, pasti Mama bilang “Kamu mau kemana?” “Dengan siapa?” “Berapa lama perginya” “Nanti pulang jangan sore-sore ya sayang?” “Jangan lupa pakai penutup hidung biar gak kena debu”. Aku masih di anggap seperti anak kecil oleh Mamah ku. Ia begitu sayang padaku sampai-sampai harus seketat itu peraturannya. Padahal aku sudah menginjak umur 15 tahun. Kalian bayangkan, 15 tahun masih di urus sama Mamah? Jika teman-teman ku tahu, pasti aku menjadi bahan ejekan mereka “Dasar anak mami” mungkin kata-kata itu yang keluar dari mulut mereka saat mengetahui yang sebenarnya.



Ya, Namaku Alvi Lafati Fazrina biasa di panggil Mpi. Umurku 15 tahun tapi masih di anggap seperti anak kecil oleh Mama. Aku lahir pada tanggal 27 Januari 1998. Aku bersekolah di salah satu sekolah favorit di kota ku. Aku kelas 9 (3 SMP). Aku mempunyai satu orang adik yang bernama Sadam Bulan Lafati biasa di panggil Sadam. Sadam ini orangnya nakal sekali. Terkadang aku menjadi korban kejahilannya. Terkadang pula aku sangat jengkel dengan kekanak-kanakannya itu. Ingin sekali rasanya aku memasukan dia ke dalam karung lalu aku kurung di gudang agar aku hidup dengan tenang tanpa kejahilan dia.
Pagi ini matahari sudah membangunkan ku. Seperti biasa, Hari Senin adalah hari pertama dalam Sepekan. Rasanya baru kemarin aku liburan akhir pekan dengan keluarga ku tapi sekarang sudah berangkat ke sekolah lagi saja. Rasanya malas sekali untuk bangun, tapi dari ruang makan, Mamah sudah meneriakan namaku yang membuatku tak bisa berkutik apa-apa dan terpaksa untuk bangun dari tempat tidur. Aku mandi dan berpakaian rapi lalu menuju ruang makan dan menyantap sarapan yang sudah di siapkan oleh Mamah.
“Mpi, nanti kamu berangkat sekolah pakai motor kan?” Tanya Papa kepadaku
“Iya Pah. Kenapa? Aku pasti ingat pesan Mamah untuk memakai penutup hidung” Jawab ku dengan wajah yang menurut ku tidak enak.
“Bukan itu Mpi. Tapi nanti kamu berangkat bareng sama Sadam ya?” Tanya Papa
“Aku bareng sama dia? Ihh kenapa harus bareng sama dia?” Tanyaku dengan wajah cemberut dan sambil menunjuk wajah adikku
“Sudah tidak usah banyak bicara. Kerjakan saja” Kata Papa sambil meminum kopinya. Yang tambah jengkelnya itu raut wajah Sadam ingin sekali aku lempar dengan selai yang ada di meja makan.
Makan sudah selesai dan Aku pun pamit kepada orang tua ku. Di perjalanan, Sadam tidak berhenti mengoceh dan mengoceh. Suaranya itu sangat membuatku pusing dan membuatku ingin sekali melemparnya ke jalanan dan hilang di ambil orang. Saking kerasnya suara dia, entah apa yang ada di pikiranku.. BRAAKKK!!.. Aku menabrak seorang lelaki yang menggunakan seragam SMA lengkap yang ingin menyebrang. Aku segera turun dari motor dan menghampiri Kakak itu karena dari raut wajahnya itu sangat menyakitkan.
“Aduhh kakak aku minta maaf ya. Tadi aku tidak melihat jalan. Maaf ya kak. Kakak tidak apa-apa kan?” Tanya ku khawatir akan keadaan ku. Tapi saat aku tanya seperti itu, sang Kakak hanya diam sambil memperhatikan wajahku.
“Kakak?” Kataku sambil melambaikan tangan tepat di depan wajahnya.
“Eh iya dik. Kakak tidak apa-apa. Adik tidak salah. Tapi Kakak yang salah menyebrang tidak melihat-lihat. Ini hanya luka ringan saja” Kata Kakak itu sambil memegang kakinya yang berdarah karena tertabrak oleh ku.
“Sekali lagi maaf ya kak. Mari aku bantu Kakak berdiri” Kata ku sambil merangkul bahunya. Sadam yang masih anteng di atas motor langsung mengeluarkan jurus jahilnya dan itu membuatku malu bukan kepalang.
“Ciyeee Kak Alvi” Teriak Sadam dengan suara yang cukup lantang
“Heh?! Awas kamu ya. Di rumah habis kamu” Kata ku sambil melotot ke arahnya.
“Jadi nama kamu Alvi. Kenalkan nama Kakak Rio. Namakamu cantik sama seperti orangnya.” Kata Kakak itu yang telah aku ketahui namanya adalah Rio.
“Kakak bisa saja. Bagaimana kaki Kakak? Masih sakit tidak?” Kata ku
“Sudah tidak. Ya sudah kamu berangkat sekolah sana. Nanti kamu telat lagi” Kata Kak Rio sambil tersenyum padaku.
“Tau nih lama amat pacarannya sih Kak” Protes Sadam dengan menyebutkan bahwa aku pacaran. Dasar mulut jahil
“Sadam apaan sih kamu?” Kataku sambil menatapnya dengan wajah yang sinis. Tapi Kak Rio hanya tersenyum mendengar perkataan Sadam.
“Ya sudah kak. Aku berangkat sekolah dulu ya. Kakak hati-hati di jalan dan maaf ya kak” Kataku lalu pergi meninggalkan Kak Rio
Di perjalanan pikiranku terus ke arah Kak Rio. Padahal ia baru saja aku kenal. Kak Rio tampan juga baik. Aku nyaman di dekat dia. Mudah-mudahan saja aku bertemu lagi dengannya. Tadi juga aku lupa meminta nomor ponselnya. Tapi jika aku meminta duluan, mau di taruh di mana wajah ku. Masa perempuan duluan yang meminta nomor ponsel? Seharusnya laki-laki duluan yang meminta nomor ponsel. Tapi ya sudahlah Kenapa jadi membicarakan Kak Rio? Hahah.. :D
Karena sekolahku dengan sekolahnya Sadam tidak terlalu jauh, setelah aku mengantarkan Sadam, aku pun segera berangkat ke sekolahku. Setelah sampai aku segera memakirkan motorku di parkiran sekolah dan masuk ke dalam kelas karena 5 menit lagi sekolah akan membunyikan bel masuk. Setengah hari yang cukup membosankan untukku. setelah semua aku lalui di sekolah, akhirnya bel pulang di bunyikan juga. Aku segera mengambil motorku di parkiran. Tapi ketika aku akan menuju gerbang sekolah, aku melihat seorang lelaki mirip Kak Rio. Saat aku dekati ternyata memang Kak Rio.
“Kak Rio sedang apa disini? Adik Kakak sekolah di sini juga?” Tanya ku
“Tidak. Kakak mencari kamu Vi” Kata Kak Rio memegang pundak ku
“Aku? Untuk apa Kakak cari aku?” Tanya ku penasaran
“Kakak boleh minta alamat kamu?” Tanya Kak Rio
“Boleh Kak. Sebentar ya” Kata ku turun dari motor lalu membuka tas ku dan memberi secarik kertas yang berisi alamat rumahku.
“Nanti kapan-kapan Kakak boleh main ke rumah kamu?” Tanya Kak Rio untuk yang kesekian kalinya
“Boleh Kak. Pintu rumah aku selalu terbuka untuk Kakak” Kata ku sambil tersenyum
“Ya sudah terimakasih ya. Kalau begitu Kakak pulang duluan” Kata Kak Rio sambil pergi berlalu meninggalkan ku. Kira-kira untuk apa Kak Rio mau main ke rumah ku? Aku jadi bingung.
— ESOK SORE —
Aku sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan notebook agar menghilangkan rasa bosan yang sedari tadi sudah bersarang di pikiranku. Aku membuat jus jeruk untuk ku minum sendiri. Saat aku sedang asik bermain notebook, tiba-tiba bel rumah ku berbunyi tanda orang datang untuk bertamu. “Siapa yang datang sore-sore seperti ini?” Tanya ku dalam hati. Saat aku membuka pintu depan, ternyata yang datang adalah Kak Rio. Ia terlihat sangat tampan sekali menggunakan kaos tangan panjang berwarna merah campur hitam dengan di damping celana panjang warna hitam dan terlihat yang di pasang di kakinya adalah sepatu model terbaru yang baru saja keluar bulan lalu. Sungguh terlihat sangat keren Kak Rio sore ini.
“Silahkan masuk Kak. Kakak kenapa tidak mengabarkanaku dulu kalau Kakak mau kesini?” Tanya ku.
“Adik manis, jika Kakak punya nomor ponsel kamu, pasti sudah Kakak telepon” Kata Kak Rio mengelus rambut ku
“Heheh iya ya Kak. Adduuhh kenapa jadi pikun begini ya?” Kataku menggaruk kepala
Aku segera ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk Kak Rio. Tapi tidak lama kemudian Mamah keluar dari kamar dan menanyakan padaku siapa ynag datang
“Itu siapa Mpi?” Tanya Mama
“Itu Kak Rio. Dia kakak kelas aku Mah. Ayo Mah biar aku kenalin ke Mamah” Kataku seenaknya dan menggandeng Mamah untuk aku kenalkan kepada Kak Rio.
“Kak Rio kenalin ini Mamah aku. Mamah kenalin ini Kak Rio” Kata ku memperkenalkan mereka.
“Assalamualaikum Tante. Nama saya Rio. Saya teman sekaligus Kakak kelasnya Alvi” Kata Kak Rio dengan nada sopan dan tersenyum
“Oh iya. Saya Mamahnya Alvi. Ya sudah Tante tinggal ke belakang ya Nak Rio” Kata Mamah
“Iya Tante silahkan” Kata Kak Rio mempersilahkan Mamauntuk meninggalkan kami.
Kamipun berbincang-bincang sambil bercanda. Kak Rio orang yang asik dan bisa jika aku curhat dengannya. Dia selalu memberiku nasihat dan saran untuk masalahku. Kak Rio meminta nomor telepon ku dan jika ia ingin ketemuan di luar, ia tinggal menelpon ku. Kak Rio adalah Kakak terbaik yang pernah aku temuin. Dia sopan, baik, pengertian dan benar-benar sempurna di mata aku. Aku merasa nyaman di dekat Kak Rio. Aku sayang sama Kak Rio. Tapi, aku tidak tahu ini rasa sayang sebagai apa? Sebagai Kakak atau lebih dari Kakak? Aku bingung. Tapi aku rasa ini lebih dari seorang Kakak dan aku jatuh cinta pada Kak Rio.
Hari semakin gelap dan Kak Rio pamit untuk pulang ke rumahnya. aku sedih sih karenaaku masih ingin bercanda dan berbincang-bincang lebih banyak dengan Kak Rio. Aku selalu memikirkan tentang perasaan ku kepada Kak Rio. Aku jatuh cinta padanya dan itu yang aku rasakan sekarang. Menurutku perasaan itu sangatlah aneh. Aku semakin pusing jika memikirkan hal itu. Aku berpikir apakah Kak Rio juga mencintaiku? Sejuta pertanyaan tentangnya terus membayang di pikiranku
Jarum jam menunjukkan ke angka 9 malam. Ini waktunya aku harus tidur dan bangun esok pagi dengan ceria. Tapi, saat aku memejamkan mata sebentar. Kak Rio tiba-tiba menelpon ku dan dengan terpaksa aku mengangkatnya dengan mata setengah mengantuk. “Adek bawel udah mau tidur ya?” “Iya sih kak. Tapi kk teleponya udah aku angkat aja” “oh maaf ganggu ya. Kamu tidur aja deh. Gak baik perawan tidurnya malam-malam” “ya udah deh kak. Besok lanjut lagi ya kak” “Iya adek bawel. Good night” “Good night too kk bawel”. Tuuuutt tuuuutt tuuuttt telepon mati dan aku langsung tidur dengan nyenyak.
Pagi sudah datang dan matahari seakan-akan tersenyum menyambut pagiku yang cerah. semua aku lakukan dengan ceria dan senyuman untuk keluarga. Aku bangun lalu mandi dan bersiap untuk berangkat ke Sekolah. Setelah semua selesai, aku menuju ruang makan untuk sarapan. Tapi tiba-tiba aku melihat Kak Rio sedang mengobrol di ruang keluarga bersama Papa. Aku cukup kaget dengan kehadiran Kak Rio dan untuk apa Kak Rio datang ke sini pagi-pagi sekali?
“Hai Kak Rio. Kakak datang kesini untuk apa?” Tanyaku
“Kakak mau antar kamu ke Sekolah” Kata Kak Rio sambil tersenyum padaku. Senyuman yang indah
“Oh begitu. Baiklah aku sarapan dulu ya. Oh iya? Kakak sudah sarapan belum?” Tanya ku
“Sudah tadi di rumah” Kata Kak Rio
“Baiklah kalau begitu” Kata ku menuju ruang makan
Setelah aku selesai makan, Aku pun pamit pada Mama dan Papa untuk berangkat sekolah. Pagi ini aku di antar oleh orang yang aku cinta. bahagia banget aku hari ini. Andai Kak Rio tahu perasaan aku yang sebenarnya. Aku pasti lebih bahagia dari hari ini.
“Dek Alvi?” Ucap Kak Rio mengawali percakapan
“Iya Kak Rio?” Kata ku
“Kakak sayang banget sama kamu. Kakak gak mau kehilangan kamu. Kamu perhatian banget sama Kakak” Kata Kak Rio serius saat di tengah jalan
“Sayang sebagai apa Kak?” Kata ku dengan jantung dag dig dug
“Sebagai Adik Kakak. Kamu Adik Kakak satu-satunya Alvi” Kata Kak Rio lebih serius
“Oh sebagai adik ya Kak. Iya aku juga sayang banget sama Kakak. Kakak segalanya untuk aku” Kata ku. Jawaban Kak Rio membuat kuingin menangis. Kak Rio menyayangi ku sebagai Adiknya. Aku mengharapkan Kak Rio menjadi kekasih ku. Aku kira Kak Rio peka terhadap perasaan ku. Tapi ternyata tidak.
Setelah pulang sekolah, Kka Rio mengajak ku untuk pergi ke sebuah taman. Katanya ada yang ingin di bicarakan sama Kak Rio. ya sudah aku turuti saja kemauan dia. Kak Rio sudah menunggu di depan rumah dan aku segera pamit pada Mama untuk pergi bersama Kak Rio. Di perjalanan aku semakin penasaran, apa yang ingin dibicarakan oleh Kak Rio. Sesampainya di Taman..
“Dek, Kakak lagi suka sama cewek nih namanya dari A” Kata Kak Rio.
“Siapa tuh Kak?” Tanya ku penasaran
“Dia teman Kakak namanya Anggi. Kakak pengen nembak dia tapi Kakak bingung caranya gimana?” Kata Kak Rio
“Oh Kakak lagi suka sama cewek. Ya udah tembak aja Kak. Daripada nanti Kak Anggi nya di ambil orang hayo” Kata ku
“Iya ya. Ya udah deh Kakak tembak aja” Kata Kak Rio
Aku pikir huruf berinisial A itu adalah nama ku. Ternyata bukan…


— 3 BULAN —

Sudah Tiga Bulan aku memendam perasaan aku pada Kak Rio. tapi Kak Rio tetap tidak peka terhadap perasaan ku. Aku bingung bagaimana caranya agar Kak Rio mengetahui isi hati aku. Aku selalu memperhatikannya, selalu peduli padanya tapi sama saja. dia tidak merespon perasaanku. Tapi kini Kak Rio sudah mempunyai pacar dan aku lihat Kak Rio sangat menyayangi Pacarnya. Pacarnya cantik sekali. Aku berharap suatu saat Kak Rio sadar kalau aku mencintainya..
TAMAT..

No comments:

Post a Comment