Kehidupanku sebagai seorang siswa pelajar sungguh membuatku
pusing dan membosankan. Ingin sekali rasanya aku lulus dari tahap SMP dan
meneruskan ke SMA. Jika aku lihat di sepanjang jalan banyak sekali anak SMA
yang hidupnya tenang dan tidak memusingkan pelajaran. Mereka jalan-jalan
bersama teman-temannya. Sedangkan aku, aku jika ingin pergi menggunakan motor,
pasti Mama bilang “Kamu mau kemana?” “Dengan siapa?” “Berapa lama perginya”
“Nanti pulang jangan sore-sore ya sayang?” “Jangan lupa pakai penutup hidung
biar gak kena debu”. Aku masih di anggap seperti anak kecil oleh Mamah ku. Ia
begitu sayang padaku sampai-sampai harus seketat itu peraturannya. Padahal aku
sudah menginjak umur 15 tahun. Kalian bayangkan, 15 tahun masih di urus sama
Mamah? Jika teman-teman ku tahu, pasti aku menjadi bahan ejekan mereka “Dasar
anak mami” mungkin kata-kata itu yang keluar dari mulut mereka saat mengetahui
yang sebenarnya.
Ya, Namaku Alvi Lafati Fazrina biasa di panggil Mpi. Umurku
15 tahun tapi masih di anggap seperti anak kecil oleh Mama. Aku lahir pada
tanggal 27 Januari 1998. Aku bersekolah di salah satu sekolah favorit di kota
ku. Aku kelas 9 (3 SMP). Aku mempunyai satu orang adik yang bernama Sadam Bulan
Lafati biasa di panggil Sadam. Sadam ini orangnya nakal sekali. Terkadang aku
menjadi korban kejahilannya. Terkadang pula aku sangat jengkel dengan
kekanak-kanakannya itu. Ingin sekali rasanya aku memasukan dia ke dalam karung
lalu aku kurung di gudang agar aku hidup dengan tenang tanpa kejahilan dia.
Pagi ini matahari sudah membangunkan ku. Seperti biasa, Hari
Senin adalah hari pertama dalam Sepekan. Rasanya baru kemarin aku liburan akhir
pekan dengan keluarga ku tapi sekarang sudah berangkat ke sekolah lagi saja. Rasanya
malas sekali untuk bangun, tapi dari ruang makan, Mamah sudah meneriakan namaku
yang membuatku tak bisa berkutik apa-apa dan terpaksa untuk bangun dari tempat
tidur. Aku mandi dan berpakaian rapi lalu menuju ruang makan dan menyantap
sarapan yang sudah di siapkan oleh Mamah.
“Mpi, nanti kamu berangkat sekolah pakai motor kan?” Tanya
Papa kepadaku
“Iya Pah. Kenapa? Aku pasti ingat pesan Mamah untuk memakai
penutup hidung” Jawab ku dengan wajah yang menurut ku tidak enak.
“Bukan itu Mpi. Tapi nanti kamu berangkat bareng sama Sadam
ya?” Tanya Papa
“Aku bareng sama dia? Ihh kenapa harus bareng sama dia?”
Tanyaku dengan wajah cemberut dan sambil menunjuk wajah adikku
“Sudah tidak usah banyak bicara. Kerjakan saja” Kata Papa
sambil meminum kopinya. Yang tambah jengkelnya itu raut wajah Sadam ingin
sekali aku lempar dengan selai yang ada di meja makan.
Makan sudah selesai dan Aku pun pamit kepada orang tua ku. Di
perjalanan, Sadam tidak berhenti mengoceh dan mengoceh. Suaranya itu sangat
membuatku pusing dan membuatku ingin sekali melemparnya ke jalanan dan hilang
di ambil orang. Saking kerasnya suara dia, entah apa yang ada di pikiranku..
BRAAKKK!!.. Aku menabrak seorang lelaki yang menggunakan seragam SMA lengkap
yang ingin menyebrang. Aku segera turun dari motor dan menghampiri Kakak itu
karena dari raut wajahnya itu sangat menyakitkan.
“Aduhh kakak aku minta maaf ya. Tadi aku tidak melihat jalan.
Maaf ya kak. Kakak tidak apa-apa kan?” Tanya ku khawatir akan keadaan ku. Tapi
saat aku tanya seperti itu, sang Kakak hanya diam sambil memperhatikan wajahku.
“Kakak?” Kataku sambil melambaikan tangan tepat di depan
wajahnya.
“Eh iya dik. Kakak tidak apa-apa. Adik tidak salah. Tapi
Kakak yang salah menyebrang tidak melihat-lihat. Ini hanya luka ringan saja”
Kata Kakak itu sambil memegang kakinya yang berdarah karena tertabrak oleh ku.
“Sekali lagi maaf ya kak. Mari aku bantu Kakak berdiri” Kata
ku sambil merangkul bahunya. Sadam yang masih anteng di atas motor langsung
mengeluarkan jurus jahilnya dan itu membuatku malu bukan kepalang.
“Ciyeee Kak Alvi” Teriak Sadam dengan suara yang cukup
lantang
“Heh?! Awas kamu ya. Di rumah habis kamu” Kata ku sambil
melotot ke arahnya.
“Jadi nama kamu Alvi. Kenalkan nama Kakak Rio. Namakamu
cantik sama seperti orangnya.” Kata Kakak itu yang telah aku ketahui namanya
adalah Rio.
“Kakak bisa saja. Bagaimana kaki Kakak? Masih sakit tidak?”
Kata ku
“Sudah tidak. Ya sudah kamu berangkat sekolah sana. Nanti
kamu telat lagi” Kata Kak Rio sambil tersenyum padaku.
“Tau nih lama amat pacarannya sih Kak” Protes Sadam dengan
menyebutkan bahwa aku pacaran. Dasar mulut jahil
“Sadam apaan sih kamu?” Kataku sambil menatapnya dengan wajah
yang sinis. Tapi Kak Rio hanya tersenyum mendengar perkataan Sadam.
“Ya sudah kak. Aku berangkat sekolah dulu ya. Kakak hati-hati
di jalan dan maaf ya kak” Kataku lalu pergi meninggalkan Kak Rio
Di perjalanan pikiranku terus ke arah Kak Rio. Padahal ia
baru saja aku kenal. Kak Rio tampan juga baik. Aku nyaman di dekat dia.
Mudah-mudahan saja aku bertemu lagi dengannya. Tadi juga aku lupa meminta nomor
ponselnya. Tapi jika aku meminta duluan, mau di taruh di mana wajah ku. Masa
perempuan duluan yang meminta nomor ponsel? Seharusnya laki-laki duluan yang
meminta nomor ponsel. Tapi ya sudahlah Kenapa jadi membicarakan Kak Rio?
Hahah..
Karena sekolahku dengan sekolahnya Sadam tidak terlalu jauh,
setelah aku mengantarkan Sadam, aku pun segera berangkat ke sekolahku. Setelah sampai
aku segera memakirkan motorku di parkiran sekolah dan masuk ke dalam kelas
karena 5 menit lagi sekolah akan membunyikan bel masuk. Setengah hari yang
cukup membosankan untukku. setelah semua aku lalui di sekolah, akhirnya bel
pulang di bunyikan juga. Aku segera mengambil motorku di parkiran. Tapi ketika
aku akan menuju gerbang sekolah, aku melihat seorang lelaki mirip Kak Rio. Saat
aku dekati ternyata memang Kak Rio.
“Kak Rio sedang apa disini? Adik Kakak sekolah di sini juga?”
Tanya ku
“Tidak. Kakak mencari kamu Vi” Kata Kak Rio memegang pundak
ku
“Aku? Untuk apa Kakak cari aku?” Tanya ku penasaran
“Kakak boleh minta alamat kamu?” Tanya Kak Rio
“Boleh Kak. Sebentar ya” Kata ku turun dari motor lalu
membuka tas ku dan memberi secarik kertas yang berisi alamat rumahku.
“Nanti kapan-kapan Kakak boleh main ke rumah kamu?” Tanya Kak
Rio untuk yang kesekian kalinya
“Boleh Kak. Pintu rumah aku selalu terbuka untuk Kakak” Kata
ku sambil tersenyum
“Ya sudah terimakasih ya. Kalau begitu Kakak pulang duluan”
Kata Kak Rio sambil pergi berlalu meninggalkan ku. Kira-kira untuk apa Kak Rio
mau main ke rumah ku? Aku jadi bingung.
— ESOK SORE —
Aku sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan notebook agar
menghilangkan rasa bosan yang sedari tadi sudah bersarang di pikiranku. Aku
membuat jus jeruk untuk ku minum sendiri. Saat aku sedang asik bermain
notebook, tiba-tiba bel rumah ku berbunyi tanda orang datang untuk bertamu.
“Siapa yang datang sore-sore seperti ini?” Tanya ku dalam hati. Saat aku
membuka pintu depan, ternyata yang datang adalah Kak Rio. Ia terlihat sangat
tampan sekali menggunakan kaos tangan panjang berwarna merah campur hitam
dengan di damping celana panjang warna hitam dan terlihat yang di pasang di
kakinya adalah sepatu model terbaru yang baru saja keluar bulan lalu. Sungguh
terlihat sangat keren Kak Rio sore ini.
“Silahkan masuk Kak. Kakak kenapa tidak mengabarkanaku dulu
kalau Kakak mau kesini?” Tanya ku.
“Adik manis, jika Kakak punya nomor ponsel kamu, pasti sudah
Kakak telepon” Kata Kak Rio mengelus rambut ku
“Heheh iya ya Kak. Adduuhh kenapa jadi pikun begini ya?”
Kataku menggaruk kepala
Aku segera ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk Kak Rio.
Tapi tidak lama kemudian Mamah keluar dari kamar dan menanyakan padaku siapa
ynag datang
“Itu siapa Mpi?” Tanya Mama
“Itu Kak Rio. Dia kakak kelas aku Mah. Ayo Mah biar aku
kenalin ke Mamah” Kataku seenaknya dan menggandeng Mamah untuk aku kenalkan
kepada Kak Rio.
“Kak Rio kenalin ini Mamah aku. Mamah kenalin ini Kak Rio”
Kata ku memperkenalkan mereka.
“Assalamualaikum Tante. Nama saya Rio. Saya teman sekaligus
Kakak kelasnya Alvi” Kata Kak Rio dengan nada sopan dan tersenyum
“Oh iya. Saya Mamahnya Alvi. Ya sudah Tante tinggal ke
belakang ya Nak Rio” Kata Mamah
“Iya Tante silahkan” Kata Kak Rio mempersilahkan Mamauntuk
meninggalkan kami.
Kamipun berbincang-bincang sambil bercanda. Kak Rio orang
yang asik dan bisa jika aku curhat dengannya. Dia selalu memberiku nasihat dan
saran untuk masalahku. Kak Rio meminta nomor telepon ku dan jika ia ingin
ketemuan di luar, ia tinggal menelpon ku. Kak Rio adalah Kakak terbaik yang
pernah aku temuin. Dia sopan, baik, pengertian dan benar-benar sempurna di mata
aku. Aku merasa nyaman di dekat Kak Rio. Aku sayang sama Kak Rio. Tapi, aku
tidak tahu ini rasa sayang sebagai apa? Sebagai Kakak atau lebih dari Kakak?
Aku bingung. Tapi aku rasa ini lebih dari seorang Kakak dan aku jatuh cinta
pada Kak Rio.
Hari semakin gelap dan Kak Rio pamit untuk pulang ke
rumahnya. aku sedih sih karenaaku masih ingin bercanda dan berbincang-bincang
lebih banyak dengan Kak Rio. Aku selalu memikirkan tentang perasaan ku kepada
Kak Rio. Aku jatuh cinta padanya dan itu yang aku rasakan sekarang. Menurutku
perasaan itu sangatlah aneh. Aku semakin pusing jika memikirkan hal itu. Aku
berpikir apakah Kak Rio juga mencintaiku? Sejuta pertanyaan tentangnya terus
membayang di pikiranku
Jarum jam menunjukkan ke angka 9 malam. Ini waktunya aku
harus tidur dan bangun esok pagi dengan ceria. Tapi, saat aku memejamkan mata
sebentar. Kak Rio tiba-tiba menelpon ku dan dengan terpaksa aku mengangkatnya
dengan mata setengah mengantuk. “Adek bawel udah mau tidur ya?” “Iya sih kak.
Tapi kk teleponya udah aku angkat aja” “oh maaf ganggu ya. Kamu tidur aja deh.
Gak baik perawan tidurnya malam-malam” “ya udah deh kak. Besok lanjut lagi ya
kak” “Iya adek bawel. Good night” “Good night too kk bawel”. Tuuuutt tuuuutt
tuuuttt telepon mati dan aku langsung tidur dengan nyenyak.
Pagi sudah datang dan matahari seakan-akan tersenyum
menyambut pagiku yang cerah. semua aku lakukan dengan ceria dan senyuman untuk
keluarga. Aku bangun lalu mandi dan bersiap untuk berangkat ke Sekolah. Setelah
semua selesai, aku menuju ruang makan untuk sarapan. Tapi tiba-tiba aku melihat
Kak Rio sedang mengobrol di ruang keluarga bersama Papa. Aku cukup kaget dengan
kehadiran Kak Rio dan untuk apa Kak Rio datang ke sini pagi-pagi sekali?
“Hai Kak Rio. Kakak datang kesini untuk apa?” Tanyaku
“Kakak mau antar kamu ke Sekolah” Kata Kak Rio sambil
tersenyum padaku. Senyuman yang indah
“Oh begitu. Baiklah aku sarapan dulu ya. Oh iya? Kakak sudah
sarapan belum?” Tanya ku
“Sudah tadi di rumah” Kata Kak Rio
“Baiklah kalau begitu” Kata ku menuju ruang makan
Setelah aku selesai makan, Aku pun pamit pada Mama dan Papa
untuk berangkat sekolah. Pagi ini aku di antar oleh orang yang aku cinta.
bahagia banget aku hari ini. Andai Kak Rio tahu perasaan aku yang sebenarnya.
Aku pasti lebih bahagia dari hari ini.
“Dek Alvi?” Ucap Kak Rio mengawali percakapan
“Iya Kak Rio?” Kata ku
“Kakak sayang banget sama kamu. Kakak gak mau kehilangan
kamu. Kamu perhatian banget sama Kakak” Kata Kak Rio serius saat di tengah
jalan
“Sayang sebagai apa Kak?” Kata ku dengan jantung dag dig dug
“Sebagai Adik Kakak. Kamu Adik Kakak satu-satunya Alvi” Kata
Kak Rio lebih serius
“Oh sebagai adik ya Kak. Iya aku juga sayang banget sama
Kakak. Kakak segalanya untuk aku” Kata ku. Jawaban Kak Rio membuat kuingin
menangis. Kak Rio menyayangi ku sebagai Adiknya. Aku mengharapkan Kak Rio
menjadi kekasih ku. Aku kira Kak Rio peka terhadap perasaan ku. Tapi ternyata
tidak.
Setelah pulang sekolah, Kka Rio mengajak ku untuk pergi ke
sebuah taman. Katanya ada yang ingin di bicarakan sama Kak Rio. ya sudah aku
turuti saja kemauan dia. Kak Rio sudah menunggu di depan rumah dan aku segera
pamit pada Mama untuk pergi bersama Kak Rio. Di perjalanan aku semakin
penasaran, apa yang ingin dibicarakan oleh Kak Rio. Sesampainya di Taman..
“Dek, Kakak lagi suka sama cewek nih namanya dari A” Kata Kak
Rio.
“Siapa tuh Kak?” Tanya ku penasaran
“Dia teman Kakak namanya Anggi. Kakak pengen nembak dia tapi
Kakak bingung caranya gimana?” Kata Kak Rio
“Oh Kakak lagi suka sama cewek. Ya udah tembak aja Kak.
Daripada nanti Kak Anggi nya di ambil orang hayo” Kata ku
“Iya ya. Ya udah deh Kakak tembak aja” Kata Kak Rio
Aku pikir huruf berinisial A itu adalah nama ku. Ternyata
bukan…
— 3 BULAN —
Sudah Tiga Bulan aku memendam perasaan aku pada Kak Rio. tapi
Kak Rio tetap tidak peka terhadap perasaan ku. Aku bingung bagaimana caranya
agar Kak Rio mengetahui isi hati aku. Aku selalu memperhatikannya, selalu
peduli padanya tapi sama saja. dia tidak merespon perasaanku. Tapi kini Kak Rio
sudah mempunyai pacar dan aku lihat Kak Rio sangat menyayangi Pacarnya.
Pacarnya cantik sekali. Aku berharap suatu saat Kak Rio sadar kalau aku
mencintainya..
TAMAT..
No comments:
Post a Comment